Tenun yang pernah berkembang di Purbalingga dikhususkan untuk pembuatan kain gendong. Umumnya bermotif garis atau lurik dengan warna-warna gradasi biru, hitam dan putih. Kain tenun dibuat dari benang katun yang dipintal dengan alat pemintal / jantra dan ditenun menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Karakteristik benang yang dipintal terbilang kuat dan kaku.
Hingga peruntukan hasil tenun di Purbalingga adalah untuk kain gendong, benting / stagen, bengkung dan kain lancingan / kluwung. Lancingan dikenakan para penderes sebagai pengganti celana. Desa Tajug menjadi salah satu daerah penghasil tenun kluwung sejak masa pendudukan Belanda di Purbalingga. Bahkan saat Jepang berkuasa, ketika masyarakat lain mengenakan karung goni warga Tajug mengalihfungsikan kain tenun kluwung sebagai fashion.