Merupakan salah satu peninggalan masa perundagian (perunggu-besi). Bentuk pipih bagian ujung oval dan mengecil di bagian bawah, dibuat dari lempengan perunggu. Pada kedua sisinya masing-masing dilengkapi sepasang tonjolan kecil yang dihiasi dengan motif lingkaran konsentris. Bagian atas dihiasi dengan motif topeng, atau kedok , yang digambarkan dengan mulut menyeringai, sehingga memperlihatkan kedua taringnya. Mata digambarkan oval, rambut digambarkan dengan sistim krawangan yang melingkar di atas kepalanya. Pada bagian badan dihiasi dengan motif spiral dan lingkaran konsentris. Kedua motif ini merupakan simbol perputaran waktu dan kelangsungan hidup, kesinambungan ataupun harapan agar kehidupan menjadi lebih panjang dan baik.
Motif kedok atau topeng merupakan motif hias yang sarat arti simbolis, keseluruhan muka merupakan penggabaran dari nenek moyang, sedangkan bagian mata dianggap mempunyai kekuatan gaib yang mampu mengusir pengaruh roh jahat. Karena itu motif ini sangat popular terutaman untuk benda-benda yang berfungsi sebagai sarana uoacara keagamaan.
Pada masa prasejarah benda-benda yang dibuat dari perunggu, umumnya dipergunakan sebagai sarana upacara. Karena proses pembuatan benda perunggu lebih sulit sehingga benda- benda khusus tersebut cenderung ditujukan pada nenek moyang dengan harapan agar nenek moyang bersedia membantu dan bahkan melindungi kelangsungan hidup manusia, dalam segala segi kehidupan utamanya yang berhubungan dengan keberhasilan dalam pengolahan ladang dan perburuan binatang.
Salah satu teknologi yang menonjol pada masa prasejarah mulai dari masa Paleolithik hingga masa perundagian adalah kapak. Karena kapak merupakan senjata yang mempunyai berbagai fungsi dari pertanian hingga berburu. Surya stambha merupakan salah satu bentuk kapak yang memang dibuat khusus untuk kepentingan upacara sebagaimana kapak candrasa.
Pada umumnya untuk keperluan sehari-hari yang digunakan adalah kapak berbahan batu kalapun menggunakan bahan perunggu biasanya tidak dilengkapi dengan hiasan . Pada masa kemudian benda-benda perunggu dipergunakan juga sebagai salah satu mas kawin, yang sekaligus merupakan simbol status social seseorang.
Koleksi Surya stambha dibuat dari logam dengan ukuran panjang 150 cm : lebar atas 30 cm : Lebar tengah 12.5 cm, lebar bawah 9 cm dan tebal 2 cm. .
Berbentuk pipih panjang dengan bagian ujung berbentuk lengkung / lingkaran yang semakin ke bawah semakin mengecil . pada kedua sisi ( kanan dan kiri ) terdapat tonjolan kecil (kaki-kaki) yang dibuat empat susun , tiap susun terdiri dari dua (2) tonjolan ,yang keseluruhannya berjumlah delapan (8) yang dibuat simetris kiri dan kanan. Kondisi saat ini kaki di sebelah kanan tinggal tujuh (7) sedangkan kaki disebelah kiri tinggal enam (6), karena patah . Sisi depan dan belakang masing-masing diberi motif hias yang sama, yaitu motif topeng dan geometris yang berupa lingkaran ganda , titik, silang dan spiral ganda.
Untuk memudahkan deskripsi, Surya Stambha akan dibagi menjadi tiga (3) bagian , yaitu
1. Bagian atas ( kepala )
Berbentuk bulat telur, bagian tengah dihiasi dengan motif topeng , menggambarkan lengkap dua mata , hidung, bibir dan telinga, pada pipinya digambarkan sebuah goresan yang kemungkinan bertjuan untuk mengaskan bentuk tulang pipinya. Teknik yang dipergunakan dalam pembuatan motif ini adalah teknik gores . di sekeliling kepala dihiasi dengan lingkaran motif terawangan yang terdiri dari dua susun yang kemungkinan menggambarkan rambut ( ? ) tepat di bagian tengahnya terdapat motif lingkaran ganda yang berfungsi sebagai titik tertiggi pada benda ini . Pada setiap susunnya dihiasi dengan motif titik, motif silang dan lingkaran ganda sejumlah dua belas (12) . pada kesenian Hindu , bentuk lingkaran di belakang kepala ini sering disebt sebagai siras cakra ( simbol kesucian ).
2. Bagian tengah ( badan )
Di bagian bawah kepala dilengkapi dengan leher dan bahu tanpa kedua lengan. Bagian badan dibagi dua bagaian yang dipisahkan dengan garis ganda , pada maisng-masing sisinya dihiasi dengan motif pilin ganda sejumlah enam (6) bagian terakhir ditutup dengan garis. Tonjolan di kedua sisinya masing masing berjumlah dua (2) dan masih lengkap. Bentuk nya semakin ke bawah semakin mengecil.
3. Bagian bawah ( kaki )
Pada bagian kaki ini tidak terlihat adanya motif hias apapun, pada bagian tengahnya terlihat adanya haris memanjang yang seolah memisahkan sisi kanan dan kiri. Pada kedua sisinya dilengkapi dengan tonjolan yang kemungkinan menggabarkan kaki masing masing berjumlah enam (6). Bagian kanan tinggal empat dan bagian kiri tersisa lima (5). Bagian ujung berbentuk lengkung . Adanya tonjolan yang berpola tersebut seolah menggambarkan kaki- kaki binatang tertentu ( binatang melata ). Hal ini kemungkinan bisa dikaitkan dengan sistem kepercayaan masyarakat pada waktu iatu yang percaya bahwa nenek moyang mereka akan menjelma menjadi binatang tertentu dan akan menjaga anak turunya yang saaat ini hidup di dunia. Kepercayaan ini bahkan masih hidup hingga saat ini. Binatang melata yang banyak dipuja antara lain buaya, kadal dan biawak,
Beberapa pengamat memasukan Surya Stambha pada salah satu bentuk kapak upacara hasil teknologi pada masa perundagian, dianalogikan dengan berbagai temuan kapak perunggu untuk upacara yang biasanya dihiasi dengan motif kedok , selain itu secara garis besar bentuknya menyerupai kapak Makasar. Ada pula ahli yang menghubungkan benda ini sebagai ujud pemujaan matahari ( Surya ) yang dilihat dari morif kedok yang dikeilingi pancaran cahaya dan berbentuk memanjang seperti tonggak atau menara ( stambha ). Sehingga benda ini seringkali disebut sebagai “Surya Stambha”. Sampai saat ini belum ada penelitian lebih lanjut yang mencoba mengupas makna simblis pada tonjolan di kedua sisi Surya Stambha yang disusun secara terpola dan simetris pada kedua sisinya.
Surya Stambha adalah salah satu tinggalan masa perundagian yang berasal dari Nusa Tenggara Timur . Hingga saat ini benda sejenis ini belum pernah ditemukan , hanya ada satu di Nusa Tenggara Timur dalam bentuk yang lebih kecil . Dari berbagai pengamatan dan hasil perbandingan dengan artefak perunggu pada masa prasejarah, terlihat perbedaan teknik pengerjaan menjadi salah satu tolok ukur untuk menentukan fungsinya. Surya Stambha terlihat jelas dikerjakan dengan teknik cetak yang kemudian finishing atau penghalusannya dengan teknik tempa, hal ini menunjukkan bahwa benda tersebut dibuat secara khusus dan digunakan untuk acara tertentu serta hanya menjadi milik orang tertentu.
Beberapa motif yang menghiasi Surya Stambha maupun bentuk secara keseluruhan yang mengarah pada binatang melata berkaki banyak, kemungkinan menunjukkan adanya kepercayaan atau pemujaan kepada nenek moyang yang kemdian menjelma menjadi binatang tersebut ( Totemisme ), artinya benda ini sebagai gembaran wujud nenek moyang yang akan selalu menjaga mereka. Apabila melihat pola kehidupan sosial masyarakat prasejarah di Nusa Tenggara Timur, kemungkinan benda ini marupakan milik seorang Kepala Suku . Merupakan simbol kekuatan, kekuasaan dan kedewataan .