Terdapat beberapa sumber yang dijadikan dasar asal-usul Salatiga, diantaranya cerita rakyat, legenda, prasasti, maupun penelitian lainnya. Dari beberapa sumber tersebut, Prasasti Plumpungan menjadi sumber literasi Hari Jadi Kota Salatiga. Prasasti yang tertulis pada batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm dengan garis lingkar 5 meter ditemukan di dukuh Plumpungan, kelurahan Kauman Kidul selanjutnya disebut Prasasti Plumpungan
Prasasti Plumpungan berisi ketetapan tentang status tanah perdikan atau swatantra bagi suatu daerah yang ketika itu bernama Hampra, terletak pada wilayah Trigramyama. Hampra dan daerah sekitarnya saat itu dibebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti oleh Raja Bhanu. Pemberian status perdikan tersebut merupakan hal yang istimewa pada masa itu oleh raja.Tidak setiap daerah diberikan status daerah perdikan atau swatantra.
Dasar penetapan daerah perdikan itu diberikan kepada desa atau daerah yang benar-benar berjasa kepada kerajaan atau dianggap istimewa oleh Sang Raja. Ditulis oleh seorang Citraleka, yang sekarang dikenal dengan sebutan penulis atau pujangga, bersama para pendeta atau resi dalam bahasa Jawa Kuno dengan kalimat pembuka “Srȋr astu swasti prajãbhyah” yang berarti “Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian”.